IDENTITAS BUKU :
Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 507 halaman
Terbit : Cetakan kelima, Juli 2013
ISBN : 978-979-22-7913-9
SINOPSIS :
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya.
Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.
REVIEW :
Memang benar. Untuk menikmati suatu buku kita membutuhkan suasana hati yang pas. Review-review lain pun sangat membantu dalam menentukan mood baca kita. Misalnya saja pada novel ini.
Awalnya, aku menyukai ceritanya yang mengalir. Namun karena biasanya membaca cerita yang ber-setting kota besar dengan bahasa formal atau gaul, ketika membaca novel ini dengan setting yang berbeda, profesi yang berbeda, dan gaya bahasa yang berbeda, aku agak kaget.
Sebenarnya tidak masalah. Namun kata-katanya terlalu 'frontal' menurut ku. Bahkan, temanku langsung menyerah di halaman pertama. Apalagi di mulai dengan pertanyaan tentang kotoran. Kotoran dalam arti sebenarnya.
Tapi aku tetap memaksakan membaca. Entah karena waktu itu lagi pengen bacaan yang romantis, dan aku tidak segera mendapatkannya di novel ini, akhirnya aku berhenti membacanya.
Namun setelah membaca review dari beberapa blog tentang buku ini, ternyata ceritanya menarik. Minus bagian operasi jantung itu.
Akhirnya aku membaca ulang, dan benar saja, semuanya terasa bagus. Setting di sekitar sungai Kapuas menambah wawasan kita tentang tempat tersebut. Profesi penarik sepit, satu hal yang baru aku tahu, dan ternyata itu seru. Apalagi rasa kekeluargaan diantara mereka kental banget. Selain itu, ada Pak Tua dengan segudang kata-kata bijaknya.
Novel setebal 507 halaman ini menyajikan kisah cinta antara Borno dan si gadis sendu menawan, Mei. Bagaimana awal mereka bertemu, tentang Mei yang meninggalkan sepucuk angpau merah di sepit Borno, yang Borno kira itu adalah angpau biasa, sehingga tidak dibukanya hingga akhir halaman buku ini. Pada akhirnya, Borno mengetahui bahwa isi angpau merah tersebut bukanlah uang, namun surat dari Mei. Yang menjelaskan mengapa wajah Mei terlihat sendu, Bapak Mei yang melarang hubungan mereka berdua, dan sikap Mei yang tiba-tiba menjauhi Borno.
Selain itu, penggambaran tentang kehidupan Borno dan pengemudi sepit serta tetangganya juga menarik. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari keseharian mereka, bahkan dari segala keterbatasan.
Novel ini terkesan nyata dan tidak muluk-muluk. Benar-benar menggambarkan kehidupan nyata. Tentang segala keinginan kita yang tidak sepenuhnya bisa terwujud. Tentang kesetiaan dan pengorbanan cinta. Tentang roda kehidupan, mungkin sekarang kita berada di bawah, tapi mungkin saja berapa jam kemudian kita berada di atas. Begitu pula sebaliknya.
Ada banyak banget pelajaran hidup yang bisa diambil dari sini, antara lain:
"... terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan." [hal: 210]
"Begitulah hidup, kadang di atas, kadang di bawah. Kadang berjaya, kadang terhina." [hal: 214]
"Banyak orang yang kadang lupa bertanya muasal uang kalau dia terlanjur menikmatinya. Anak lupa bertanya pada bapak. Istri lupa bertanya pada suami."[hal: 228]
"Bagi bayi, sakit adalah tahapan naik kelas. Bagi kita yang jelas tidak mengulum jempol lagi, sakit adalah proses pengampunan."[hal: 250]
"Kalau hati kau sedang banyak pikiran, gelisah, kau selalu punya teman dekat. Mereka bisa jadi penghiburan, bukan sebaliknya malah tambah kau abaikan. Habiskan masa-masa sulit kau dengan teman terbaik, maka semua akan lebih ringan."[hal: 258]
"Ah, cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru, atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri."[hal: 288]
"Ada sebuah rahasia kecil di antara para gadis. Jika dia memberikan hadiah sebuah buku pada seorang laki-laki, terlebih buku kesukaan dan hobi laki-laki itu, maka laki-laki itu amat penting bagi gadis itu. Bukan sekedar teman."[hal: 333]
"Berikanlah hadiah sebuah buku kepada seseorang yang amat kau hargai."[hal: 500]
Oh ya, bagi yang laki-laki nih, ada tips dari bang Togar nih agar nge-date berjalan lancar XD Mau tau? Ini dia tipsnya [hal: 293-294] :
"Yang pertama, jadilah diri sendiri."
"Jadilah pendengar yang baik. Ini tips kedua."
"Yang ketiga, pusatkan perhatian pada dirinya. Dia, dia, dan dia, itulah topik kau sepanjang hari."
"Yang terakhir, tutup acara jalan-jalan sehari kau dengan kalimat bahwa kau senang menghabiskan waktu bersamanya, bilang bahwa ini jauh lebih hebat dibandingkan mengantar Gubernur Kalimantan Barat menyeberangi Kapuas."
Dengan segala cerita dengan hal yang baru, quotes yang menarik, ditambah tips dari bang Togar, tidak salah kan bila memberi 5 bintang untuk novel ini? :))
No comments:
Post a Comment