August 26, 2013

[Review Novel] Katarsis


IDENTITAS BUKU :
Judul : Katarsis
Penulis : Anastasia Aemilia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Editor : Hetih Rusli
Desain dan Ilustrasi Cover : Staven Anderson
Tebal : 264 halaman
ISBN : 978-979-22-9466-8

SINOPSIS :
Tara Johandi, gadis berusia delapan belas tahun, menjadi satu-satunya saksi dalam perampokan tragis di rumah pamannya di Bandung. Ketika ditemukan dia disekap di dalam kotak perkakas kayu dalam kondisi syok berat. Polisi menduga pelakunya sepasang perampok yang sudah lama menjadi buronan. Tapi selama penyelidikan, satu demi satu petunjuk mulai menunjukkan keganjilan.

Sebagai psikiater, Alfons berusaha membantu Tara lepas dari traumanya. Meski dia tahu itu tidak mudah. Ada sesuatu dalam masa lalu Tara yang disembunyikan gadis itu dengan sangat rapat. Namun sebelum hal itu terpecahkan, muncul Ello, pria teman masa kecil Tara yang mengusik usaha Alfons.

Dan bersamaan dengan kemunculan Ello, polisi dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan kotak perkakas kayu seperti yang dipakai untuk menyekap Tara. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?


REVIEW :
Sebelum melihat review dan goodreads tentang novel ini, aku memang udah berniat membeli novel ini dan memasukkannya dalam wishlist ku. Akhirnya kemaren kesampean juga beli novel ini dan pagi ini udah selesai di baca :3

Dari awal, aku penasaran dengan judulnya, Katarsis.

Katarsis atau Katharsis (dari bahasa Yunani) merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani, dan pelepasan diri dari ketegangan. (Wikipedia)

Setelah mengetahui arti Katarsis dari wikipedia, aku paham. Maksud Katarsis untuk novel ini  adalah "pemulihan diri" yang dilakukan oleh Tara akibat trauma di masa lalunya. Pemulihan diri ini dibantu oleh seorang psikiater bernama Alfons.

Awalnya, aku kira Alfons ini adalah seorang pria tua. Tapi pada akhirnya aku paham kalo Alfons ini masih muda, soalnya Tara terlihat seperti menyukainya.

Secara keseluruhan, novel ini bagus. Aku agak merinding ngebacanya. Tentang pembunuhan, darah, mutilasi korban, penyiksaan. Semuanya terdengar 'gelap'. Meskipun cerita yang diangkat cukup berat dan memerlukan konsentrasi tinggi (kalo konsentrasinya buyar ya kaya aku. Baca satu chapter dua kali haha), namun mbak Anastasia berhasil mengemas semuanya dengan bahasa yang ringan namun bermakna.

Tema yang diangkat pun adalah psikologi-thriller, meskipun ada sedikit sekali romance di dalamnya. Tema yang sangat berbeda dan terkesan "berat", namun aku tetap menyukainya, bahkan menantikan novel lain dengan tema seperti ini.

Novel ini menggunakan dua sudut pandang, Tara dan Ello. Namun pergantian sudut pandang membuat aku sedikit bingung. Soalnya tidak ada suatu tanda khusus. Makanya kita dituntut untuk konsentrasi, selain agar paham ceritanya, juga bisa mengingat ceritanya. Kalo kita paham dan ingat ceritanya, kita bakalan mudah menentukan chapter tersebut menggunakan sudut pandang siapa.

Untuk covernya aku suka, kertas coklat dan ada gambar gadis kecil yang bermain boneka. Namun tanpa kepala. Tapi sampai akhir aku membaca novel ini, aku tetap ga ngerti maksud dari gambar di cover tersebut. Ada yang tau artinya? Hehe.

Untuk typo, aku sama sekali ga menemukan typo. Padahal di beberapa novel aku sering menemukan typo seperti salah ketik, atau kurang spasi antar kalimat. Seingatku, novel ini bersih dari typo. Keren :)

Namun novel ini tidal membuat aku menebak-nebak siapa sebenarnya dalang dibalik pembunuhan berantai tersebut. Karena telah diceritakan secara langsung. Yang membuat aku penasaran untuk membaca novel ini hingga habis adalah, aku ingin membaca tentang cara pembunuhan yang dilakukan oleh Tara, Ello, ataupun Heru. Soalnya aku suka cerita pembunuhan :3

Untuk ending nya itu selesai, tapi aku masih penasaran dengan kalimat terakhir. 

Sudah cukup. Semuanya sudah berakhir, setidaknya untuk sementara, putus gadis itu.

Aku berharap mbak Anastasia melanjutkan novel ini dengan kisah Tara kedepannya. Apakah dia dapat hidup menjadi gadis normal, ataukah monster di dalam tubuhnya kembali melakukan aksi lainnya. Penasaran banget. 

Bagi penyuka genre thriller, novel ini sangat direkomendasikan untuk kalian. Bagi yang bosan dengan nuansa romance, mungkin kalian bisa mencoba novel ini. Dan bagi penyuka psikologi, kalian harus membaca novel ini.

4.5 bintang dari 5 bintang :) Minus setengah karena aku ga ngerti maksud dari gambar gadis kecil yang bermain boneka tanpa kepala di cover -__-

Update 31 Agustus 2013

Aku udah ngerti maksud dari gambar gadis kecil yang bermain boneka tanpa kepala di covernya. Taunya dari komentar kak Tammy Rahmasari di bawah postingan ini. Makasih banyak ya kak Tammy, jadi ngerti maksudnya hehe :)

Ga nyangka banget, cover yang keliatannya simpel banget ini ternyata punya makna yang keren banget dan benar-benar menggambarkan sosok si tokoh utama, Tara Johandi.

4 comments:

  1. Ga nyesel deh beli + bacanya, keren banget ceritanya :)

    ReplyDelete
  2. Belum pernah baca. Tapi coba menganalisis sampul bukunya.

    Jadi sosiopat itu gangguan kejiwaan/mental disorder yang prilakunya memang akan muncul dan mulai terlihat dari kecil. Mulai dari antisosial, berprilaku kejam terhadap binatang, dan lainnya. Pada sampul digambarkan ada seorang anak kecil yang sedang memainkan boneka tanpa kepala, kalau kata saya itu justru ciri dari gangguan jiwa. Merasa senang sudah memutus kepala boneka dan memainkannya di udara :| seperti tema yang diangkat oleh buku ini. Prilaku mental disorder ini juga biasanya karena trauma masa kecil, bisa kdrt atau lainnya.

    Maaf kalo sok tau karena saya juga bukan anak psikologi, jadi ga begitu mendalami :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh, saya ngerti kak :D

      berarti bagi mereka yang mengalami mental disorder ini, meskipun masih kecil, yang "kejam" yang menyenangkan ya. jadi keingat tokoh salah satu anak di film Toy Story. dia memperlakukan mainannya dengan "kejam" banget. tapi dia malah senang.

      okedeh, berarti rating untuk buku ini adalah 5/5. ga nyangka, di balik tampilan cover yang simpel, ternyata maknanya keren banget :3 hahaha

      Delete