IDENTITAS BUKU :
Judul : Amelia
Penulis : Tere Liye
Penerbit : penerbit Republika
Terbit : Cetakan II, Desember 2013
Tebal : 391 halaman
ISBN : 978-602-8997-73-7
Status buku : Pinjem dari Amel x)
Bisa dibeli di : bukabuku.com
REVIEW :
Lalu ada Pukat, si anak Jenius.
Yang ketiga ada Burlian, si anak Spesial.
Dan terakhir si bungsu "Penunggu Rumah", Amelia, si anak yang Kuat.
Masa kecil keempatnya mungkin tidak semewah anak-anak kota yang serba maju. Mereka tinggal di kampung yang sederhana, bahkan serba kekurangan. Hanya ada satu sekolah dengan satu guru yang bukan PNS. Mereka hanya bercocok tanam dengan cara-cara tradisional. Jauh dari kemajuan teknologi. Namun keempatnya punya masa kecil yang luar biasa, termasuk si bungsu Amelia.
Amel tidak suka sekali dengan Kak Eli, si anak sulung Mamak. Kak Eli itu kerjanya hanya mengomel, teriak-teriak, menyuruh-nyuruh, bahkan menjewer telinga adik-adiknya. Amel sebenarnya tidak mau dipanggil dengan sebutan Amel, Lia, ataupun Meli. Amel pengen dipanggil dengan sebutan Eli, sama seperti si Kakak, si Anak Pemberani. Amel pengen jadi Kak Eli yang bisa meneriaki dan menyuruh bahkan menjewer Kak Pukat dan Kak Burlian yang jahil.
Sampai terjadilah suatu peristiwa yang membuat Amel tersadar. Bahwa Kak Eli sebenarnya sangat menyayangi adik-adiknya, apalagi Amel, adik perempuan satu-satunya. Saat itulah keinginan Amel untuk dipanggil dengan sebutan Eli sangat besar. Bukan untuk menyuruh-nyuruh, tapi untuk menjadi seperti Kak Eli. Kakak sulung yang menyayangi adik-adiknya dan amat pemberani.
"Tidak akan ada yang meninggalkan kau, Amel. Tidak ada. Kau adikku, aku tidak akan pernah meninggalkan kau, Amel." [hal: 73]
Amel punya seorang teman yang namanya sangat aneh sekali, yaitu Chuck Norris. Chuck Norris ini sangat bandel. Selalu membuat masalah ke semua orang. Tidak pernah mau piket, membunyikan lonceng pulang di saat jam pelajaran tengah berlangsung, dan tidak ramah ke semua anak, termasuk Amel. Meskipun Amel telah mencoba bersabar dengannya, tetap saja Chuck Norris tidak pernah menanggapinya.
Sampai suatu ketika perbuatan Chuck Norris sudah sangat keterlaluan. Ia meninggalkan peta dunia tua satu-satunya milik sekolah, di halaman. Dan ketika hujan turun, peta dunia itu hancur. Habis sudah media pembelajaran untuk anak-anak kampung itu ketika belajar IPS.
"Berpikir positif dan menghibur diri selalu efektif membuat perasaan kesal berubah jadi riang." [hal: 111]
Suatu ketika, sekolahan mereka kedatangan orang-orang kota. Amel kesal sekali dengan mereka. Gara-gara mereka, pelajaran Bahasa Indonesia yang ditunggu-tunggu Amel harus tertunda satu jam. Pak Bin, guru mereka satu-satunya masih bertemu dengan orang-orang itu.
"Omong kosong soal strategi atau kebijakan pendidikan atau apalah mereka menyebutnya. Bicara besar tentang rencana, program, tapi justru secara nyata, jelas-jelas mereka menganggap mengisi kertas-kertas survei itu jauh lebih penting dibanding mengajar kalian." [hal: 211]
Ketika pelajaran IPA, Amelia mengetahui bahwa dengan bibit unggul akan diperoleh hasil panen yang berlipat ganda. Maka Amel pun mengusulkan ini saat ada pertemuan tetua kampung. Bersama dengan teman-temannya, beberapa orang dewasa, serta Paman Unus, Amel ikut melaksanakan rencananya ini.
Tapi ada banyak hambatan. Banyak penduduk yang tidak setuju. Bahkan masalah tidak hanya berhenti di situ. Ketika semuanya terlihat sudah berjalan lancar, ternyata takdir Allah berkata lain.
"Ini di luar kuasa kita. Allah menghendaki lain." [hal: 388]
Selain itu, ada tradisi di kampung mereka. Anak bungsu adalah si Penunggu Rumah. Jadi ia tidak bisa pergi kemanapun. Ia harus tinggal di rumah, di kampung mereka, menemani Mamak dan Bapak yang sudah tua.
Tapi Amel tidak mau menjadi Penunggu Rumah. Tapi tidak mungkin mengharapkan Kak Eli si Pemberani, Kak Pukat si Jenius, Kak Burlian si Spesial untuk menunggu rumah. Mereka anak-anak hebat. Mereka pasti keluar dari kampung mereka dan pergi ke belahan dunia lain yang lebih hebat.
Entah apa yang harus Amel lakukan. Amel ingin pergi dan melihat dunia luar. Namun dirinya juga tak tega melihat Mamak yang diam-diam menangis ditinggalkan anaknya...
Buku kedua dari Serial Anak-Anak Mamak yang kubaca, setelah Eliana. Dan aku lebih menyukai buku ini dibanding Eliana, meskipun keduanya sama-sama kuberi 5 bintang.
Dari segi cover, meskipun sempat membaca bahwa beberapa orang tidak menyukai covernya, sebaliknya. Dari keempat Serial Anak-Anak Mamak, cover buku Amelia-lah yang paling kusukai. Menggambarkan tentang seorang anak perempuan berambut panjang, Amelia, yang sedang berusaha memetik buah berwarna merah. Setelah membaca, kalian akan tahu buah atau pohon apa itu. Dan buah atau pohon inilah yang menjadi salah satu konflik utama di buku ini. Cover-nya memang terlihat kekanakan, tapi sesuai dengan isinya yang memang membahas masa kecilnya saja. Hanya tiga halaman terakhir yang menceritakan tentang Amelia di masa depan.
Seperti biasa, Tere Liye banyak menyelipkan nilai-nilai agama dan moral di buku-bukunya. Apalagi ditulis oleh sudut pandang anak kecil yang polos, namun punya keteguhan hati dan pemberani seperti Amelia dan Eliana.
Ada beberapa permasalahan yang disajikan di dalamnya. Beberapa diantaranya selesai dalam beberapa bab. Namun ada 2 permasalahan yang salah satunya muncul di awal, dan lainnya muncul di pertengahan dan baru terjawab di bagian Epilog. Sangat memuaskan.
Ceritanya sederhana, tentang kehidupan yang sederhana bahkan terbatas, dengan gaya bahasa yang sederhana namun entah kenapa indah sekali untuk dibaca. Mudah dipahami bahkan sangat melibatkan emosi. Aku sudah menangis 5-6 kali ketika membaca buku ini. Terharu sekali :")
Tidak akan rugi rasanya mengoleksi keempat Serial Anak-Anak Mamak ini. Apalagi jika bisa dibaca oleh anak atau adik-adik kita. Biarkan mereka mengambil pelajaran dibalik buku-buku ini.
kayaknya cover buku tere liye sekarang setipe ini semua ya, mba? aku belum pernah baca yang serial anak mamak. baru yang ayahku bukan pembohong yang aku baca
ReplyDeleteKurang tau sih mbak, tapi yang cetak ulang kayaknya iya :) Ayahku bukan pembohong seru nggak mbak? Di luar serial anak-anak mamak baru baca yang Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah :D
DeleteAku belum baca yang Amelia, kisah tiga anak mamak lainnya juga bagus :)
ReplyDeleteAyo baca mbak :) Iyanih, pengen cepetan baca Pukat dan Burlian x)
Delete