November 4, 2013

[Review Novel] Lukisan Hujan


IDENTITAS BUKU :
Judul : Lukisan Hujan
Penulis : Sitta Karina
Penerbit : Terrant Books
Tebal : 383 halaman
Terbit : 2004
ISBN : 979-3750-0-6
Rating : 3/5

SINOPSIS :
Amor es mentira (cinta itu bohong).
Lengkap sudah hidup Diaz Hanafiah kini. Setelah selama ini merasa minder diantara sepupu-sepupunya yang kaya, berada, dan bagian dari socialite Jakarta, sekarang malah dikhianati pacarnya sendiri, Anggia.

Lalu datang Sisy. Mungil, cantik, dan masih SMA pula!
Seperti siraman air dingin yang menyejukkan sekaligus mengejutkan, begitulah kehidupan sehari-hari sejak awal pertemuan mereka di tengah hujan.

Diaz, si workaholic berdarah Indonesia-Meksiko yang dingin ini, tidak pernah menyangka dirinya dapat lebih menikmati hidup dengan hubungan 'abang-adiknya' bersama Sisy. Namun, ia masih teringat Anggia. Terbelenggu oleh rasa kangen dan sakit hatinya yang belum tuntas. Mungkinkah bisa menjadi cowok seperti yang Anggia inginkan, apabila ia dapat berlatih dan membiasakan diri berteman dengan wanita-salah satunya dengan menjadi abangnya Sisy? Tetapi, mengapa dirinya malah tidak terima saat Igo, sahabatnya sendiri, mendekati si SMA mungil ini?

Terjebak dalam perasaan yang saling-silang, Diaz dan Sisy berusaha menempuh protes penjajakan dan pendewasaan diantara mereka berdua yang penuh lika-liku problema masa muda, sampai keduanya harus memilih dan membuktikan... love is such unselfish thing!

REVIEW :
Diaz Hanafiah, seorang mahasiswa Teknik Industri yang tampan, pintar, berdarah latin, dan berasal dari keluarga berada, Hanafiah. Siapa yang tidak kenal keluarga Hanafiah? Seantero Jakarta mengenalnya, atau bahkan se-Indonesia.

Sisy, seorang siswi kelas 2 SMA yang mungil, lucu, cantik, dan menjadi pendatang baru di Bintaro Lakeside. Sejak awal kedatangannya dirinya telah menjadi primadona diantara teman-teman Diaz. Hanya Diaz yang namapak tidak tertarik dengan si Mungil ini.

Keduanya bertemu dalam hujan. Pertemuan yang jauh dari kesan menyenangkan, apalagi romantis. Kemudian pertemuan pertama itu berlanjut di hari berikutnya, dengan curhatan Sisy tentang Tezar, abangnya yang telah meninggal. Entah ada angin apa, Diaz tergerak menawarkan dirinya untuk menjadi abangnya Sisy. Sisy yang melihat tatapan sedih di mata Diaz pun menerimanya. Sisi bertekad untuk menghapus kesedihan itu di mata Diaz.

Lalu cerita abang-adik ini pun berlanjut. Diaz yang semula bersikap dingin dan selalu memancarkan aula kelam, mulai bersikap terbuka kepada Sisy dan teman-temannya. Keseharian mereka ga lepas dari suasana so sweet nya abang-adik dan ngambek-baikan-ngambek lagi.

Seperti yang bisa kita duga, dengan intensitas pertemuan yang sangat sering (mereka tetangga sebelah rumah, loh) maka perasaan mereka pun berkembang dan menuntut lebih.

Apakah pantas seorang "abang" mencintai "adiknya"? Begitu pula sebaliknya. Lalu, masalah juga muncul dari sekeliling mereka. Mulai dari Igo, sahabat Diaz yang juga menyukai Sisy. Masalah yang datang dari Tedy, kakak kelas Sisy yang menyukai Sisy. Anggia, mantan pacar Diaz yang mengajak balikan.

Belum cukup masalah yang ada, dengan polosnya si Sisy bekerja sama dengan Inez Hanafiah, saudara Diaz, untuk menjadi mak comblang antara Diaz dan Mirelle, sang model yang wow itu. Padahal, dalam hatinya Sisy ketar-ketir juga.

Namun, ketika satu per satu masalah dapat diselesaikan, muncul masalah baru yang lebih kuat, tidak bisa dibantah, tidak bisa dirubah, dan hanya waktu yang bisa menyelesaikannya.

Sanggupkah Diaz dan Sisy menghadapinya?

Sebenarnya aku nggak ada niatan beli buku ini. Tapi karena sepertinya ini buku "langka" (terbitan 2004 men!) dan udah paketan, yasudahlah akhirnya dia selamat mendarat di kost ku.

Dari awal nyampe langsung pengen baca buku ini. Tapi agak terganggu dengan banyaknya penggunaan bahasa asing. Sebenarnya nggak masalah sih, soalnya setiap bahasa asing ada terjemahannya, atau ada nomor kecil di atas kata tersebut. Tapi keterangan arti kata tersebut, adanya di halaman belakang buku. Menurut ku itu sangat merepotkan, harus bolak-balik buku. Bakalan lebih bagus dan simpel kalo dijadiin catatan kaki seperti di novel lain.

Selain itu, penataan di dalamnya (nama kerennya apa sih? -_-) itu menurutku kurang menarik. Entah kenapa, rasanya ada beberapa font yang meskipun kelihatannya sama, tapi rasanya berbeda. Cerita flashback pun hanya dipisahkan dengan spasi satu baris, tanpa ada penanda lainnya.

Konfliknya juga, meskipun banyak, tapi kurang gereget gitu. Seperti adegan pengeroyokan Diaz yang dilakukan oleh Tedy. Kirain bakal berlanjut lagi, sampai Diaz babak belur. Ternyata udah segitu aja.

Terus waktu Anggia bertemu dengan Sisy. Kirain bakal ada kejadian yang lebih seru daripada fitnah bahwa Diaz telah menghamili Anggia. Ternyata udah selesai sampai situ aja.

Namun di luar itu, aku suka sama ceritanya. Rasanya itu nyata dan mungkin aja terjadi di kehidupan sehari-hari. 

Pendeskripsian tokohnya juga kuat. Sisy yang mungil, cerewet, melihara naga di perutnya, cepat ngambekan, namun tetap ada di sisi Diaz. Ia tidak pernah meninggalkan Diaz.

Diaz, sang putra mahkota. Putra keluarga Hanafiah yang tajir namun tidak tajir. Introvert dan selalu merasa minder diantara sepupunya. Auranya yang suram, namun sebenarnya baik.

Aku juga suka penggunaan bahasa-bahasa Spanyol nya. Keren, bisa sekalian belajar. Kali aja entar bisa dipake buat modusin cem-ceman #eh :D

Terus juga informasi tentang kehidupan socialite Jakarta. Gimana caranya Anak-anak Gaul Jakarta menghabiskan waktu mereka. Dimana tempat kesukaan mereka, dan bagaimana gaya hidup mereka.

Selain itu, karena kebanyakan tokohnya ada kalangan "bangsawan", maka banyak penggambaran pola tingkah laku bangsawan. Misal cara berjalan yang anggun, cara makan yang keren, dansa waltz, sampai  apa yang biasa dimakan para bangsawan Inggris pun ada :D

Lalu ada cerita menuju proses kedewesaan dengan caranya masing-masing. Bagaimana seseorang yang menganggap dirinya pecundang di dunia ini mulai mengubah pola pikirnya, dan merasa dibutuhkan oleh orang lain. Cerita tentang seseorang yang meskipun masih muda namun mau menahan keegoisannya dan mulai memperhatikan orang lain. Semuanya terangkum di buku ini.

Meskipun endingnya menggantung, dan setelah searching di google, katanya cerita ini berlanjut ke buku Putri Hujan dan Ksatria Malam. Jadi pengen baca jugaaa :3

Sepertinya, aku mulai tertarik sama Sitta Karina dan berniat mengumpulkan buku-buku lainnya >_<

No comments:

Post a Comment