September 13, 2013

[Review Novel] Pride and Prejudice


IDENTITAS BUKU :
Judul : Pride and Prejudice
Penulis : Jane Austen
Penerbit : Qanita
Penerjemah : Berliani Mantili Nugrahani
Penyunting : Prisca Primasari
Proofreader : Emi Kusmiati
Tebal : 588 halaman
ISBN : 978-602-8579-54-4

SINOPSIS :
"Sejak awal, perangaimu, keangkuhanmu, sikap acuh tak acuhmu, jadi landasan kebencianku padamu. Belum sebulan mengenalmu, aku sudah tahu bahwa kau adalah pria yang takkan mungkin ku nikahi."

Di mata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang memesona. Baginya, laki-laki itu angkuh, sombong, dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan, dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu. Kebencian itu semakin bertambah ketika Elizabeth tahu bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tidak bisa dimaafkan.

Butuh waktu lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikannya yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya gadis itu menyadari perasaannya kepada Mr. Darcy telah berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu, akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada laki-laki itu? Lalu, akankah cintanya yang baru tumbuh itu menjadi sia-sia?

Dalam Pride and Prejudice, Jane Austen menuangkan detail yang memikat mengenai kaum menengah ke atas pada abad ke-19. Karakter-karakternya yang memukau, juga narasinya yang cerdas, menjadikan novel ini sebagai salah satu roman terpopuler sepanjang masa.

REVIEW :
Jujur, aku udah lama banget mendengar nama Jane Austen dan Pride and Prejudice. Bahkan sewaktu itupun ada filmnya di HBO (kalo ga salah). Namun entah kenapa, ga sedikit pun aku mau peduli sama ceritanya.

Semuanya bermula dari novel Three Weddings and Jane Austen nya Prima Santika. Bagi yang pernah membaca novel tersebut, tentu kita banyak menemukan penggalan kisah-kisah novel Jane Austen, sehingga terkesan spoiler, meskipun saya suka spoiler haha.

Tapi bukan itu yang membuat saya ingin membaca karya Jane Austen. Di novel Three Weddings and Jane Austen menceritakan bahwa Ibu Sri sangat berpedoman pada karya Jane Austen untuk masalah percintaan anak-anaknya.

Karena sebenarnya saya ini suka cerita romantis (meskipun akhir-akhir ini menghindari novel romantis, karena pada akhirnya adalah galau sendiri), jadi ketika melihat Pride and Prejudice ini terpajang di rak Gramedia, langsung saya ambil. Padahal ya, udah janji sama diri sendiri. No more buy books until the new year (entah benar atau tidak bahasa inggrisnya :p) dan pada akhirnya saya melanggar janji sendiri.

Waktu itu ga langsung baca novelnya, tapi di sampulin dulu, baca sinopsis, promosian novel lain di halaman belakang, baca bagian Tentang Penulis, dan blogwalking untuk tau bagaimana pendapat orang lain tentang novel ini, dan hasilnya mengecewakan.

Cover
Sebenarnya saya ga suka punya buku yang covernya gambar 'manusia hidup'. Makanya ketika melihat cover Pride and Prejudice dari Bukune, saya langsung menyesal. Kenapa ga beli yang itu aja.

Tapi setelah memperhatikan cover buku ini setiap jam, sebenarnya covernya cukup manis kok. Foto wanita dan pria di cover benar-benar mewujudkan karakter seorang Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy. Saya suka memperhatikan wajah keduanya dengan teliti, dan memutuskan keduanya cocok untuk menjadi Miss Bennet dan Mr. Darcy.

Kekecewaan akan cover pun hilang sudah.

Kertas, Tulisan, dan Semacamnya
Saya suka warna kertasnya, putih agak kuning meskipun tidak terlalu tebal. Entah kenapa meskipun bagus dan tebal, saya tidak suka kertas novel yang bewarna buram.

Untuk tulisannya normal, fontnya juga normal. Benar-benar bersyukur karena membeli yang terbitan Qanita, meskipun lebih mahal. Karena menurut salah satu blog yang saya baca, Pride and Prejudice terbitan Bukune itu fontnya lebih kecil, kasian mata.

Untuk typo, ada beberapa namun tidak banyak. Itupun hanya sekedar lupa memberikan spasi antar kalimat. Seingat saya, typo seperti itupun < 5 buah.

Cerita
Saya tidak akan menceritakan ulang bagaimana isi buku ini, karena bisa dicari di blog lain. Tapi, meskipun banyak yang kontra sama buku ini (terjemahannya), secara keseluruhan saya menyukainya. Sangat menyukainya.

Ceritanya tidak hanya terpusat pada Elizabeth dan Mr. Darcy, meskipun saya yakin mereka berdualah tokoh utama dalam novel ini. Tapi menurut saya itu bagus. Bukannya kita bakalan bosan kalo buku setebal 588 halaman hanya terpusat menceritakan seorang gadis dan bangsawan kaya? 

Justru dengan tidak terlalu seringnya muncul cerita antara Elizabeth dan Mr. Darcy, saya jadi tidak bisa melepaskan novel ini. Penasaran akan kejadian macam apa yang terjadi ketika Elizabeth bertemu Mr. Darcy.

Jadi di novel ini Jane Austen menceritakan banyak hal. Tentang Elizabeth dan Mr. Darcy, percintaan Jane (kakak Elizabeth) dan Mr. Bingley (sahabat Mr. Darcy), dan orang-orang terdekat lainnya.

Jane Austen menggunakan sudut pandang orang ketiga. Terkadang menceritakan perasaan Elizabeth, dan terkadang menceritakan situasi dan pikiran orang-orang disekitar Elizabeth.

Cuma, saya sering bingung dengan nama panggilan. Mungkin ingin mempertahankan kesopanan ala Inggris di era dahulu, jadi penyebutan nama orang cukup menggunakan Mr. Mrs. dan Miss. Cukup membingungkan, sehingga terkadang harus membaca beberapa bagian berkali-kali.

Pelajaran, Pengetahuan, dan Nilai Moral
Menurut saya, banyak banget pelajaran, pengetahuan, dan nilai moral yang bisa diambil dari Pride and Prejudice ini. Diantaranya :

Saya mendapat banyak 'pengetahuan' baru tentang bagaimana kebiasaan bangsawan ala Inggris, tempat yang sangat ingin saya kunjungi. Seperti mengadakan pesta dansa, mengundang untuk makan malam, habis makan malam selalu berkumpul di 'ruang baca' (kalo ga salah, aku lupa nama ruangnya).

Selain itu, saya juga baru tahu bahwa ketika ingin menikah, sepertinya hal pertama yang harus mereka tau tentang calon menantunya adalah berapa penghasilannya selama setahun. Terus, kalo nikah sama orang yang tidak sederajat itu dianggap memalukan.

Jane Austen begitu lugas menyampaikan semuanya kepada kita. Menyampaikan bagaimana situasi nyata yang terjadi pada saat itu. Dan mungkin saja, itu merupakan kritikan akan situasi yang tidak disukainya.

Untuk pelajaran, saya menyimpulkan bahwa kita itu harus jadi orang yang 'kuat'. Apapun yang kita rasakan, tidak semua orang harus mengetahuinya. Yang orang lain harus tau adalah kita bahagia dan baik-baik saja. Meskipun sebenarnya di dalam hati kita nangis haha.

Selain itu, saya jadi kepengen punya karakternya Elizabeth Bennet. Jujur, natural, dan cuek. Elizabeth punya pemikiran yang berbeda dari orang lain, pemikirannya lebih terbuka, mudah bersimpati, lebih cepat 'membaca sikap' orang lain, dan selalu blak-blakan tentang apa yang ia rasakan. Meskipun semuanya tetap tertutup dengan 'kesopanan'nya.

Karakter
Karya Jane Austen tidak jauh dari kata-kata 'kuatnya karakter dalam setiap karyanya', dan saya membenarkan hal tersebut.

Kalo Elizabeth Bennet sudah saya jelaskan di atas. Kakaknya, Jane Bennet itu tipikal 'istri idaman'. Baik hati, lembut, penyayang, selalu berpikir positif, sepertinya segala hal yang baik ada di diri Jane. Begitupula dengan Mr. Bingley.

Terus, udah lama saya ga merasa 'terpesona' pada karakter cowo dalam novel-novel yang saya baca. Dan karakter Mr. Darcy ini sangat 'memikat' saya. Saya sampai selalu membayangkan bagaimana wujud Mr. Darcy di dunia nyata, bagaimana rupanya, bagaimana sikap 'dingin' dan 'angkuh'nya, meskipun dibalik itu semua dia berhati lembut. Mungkin seperti 'singa berhati merpati' hahaha.

Pokoknya saya suka banget sama Mr. Darcy. Semakin saya mengetahui bagaimana sifat aslinya, semakin sering pula saya memperhatikan cover novel ini, dan lumayan menemukan kecocokan antara Mr. Darcy di novel dengan di cover.

Elizabeth aja bisa bersatu dengan Mr. Darcy. Berarti saya juga bisa dong bersatu dengan Mr. Darcy-ku ahahaha.

Pokoknya saya suka banget lah sama Pride and Prejudice ini. Terlepas dari semua pro dan kontra akan novel ini haha.

Jadi pengen baca karya Jane Austen yang lain. Tapi sayangnya yang Mansfield Park yang udah diterjemahin sama Qanita, covernya itu terlalu gimana gitu. Biasa aja sih sebenarnya, tapi teman-teman saya itu anak polos semua. Takutnya mereka histeris pas saya bawa novel itu ke kampus. Pasti mereka mikiranya, itu novel banyak adegan dewasa -___-

Masih berharap kalo pernerbit Qanita mau cetak ulang dengan cover baru, ga papa deh gambar 'manusia hidup' asalkan 'wajahnya jangan terlalu dekat'. Soalnya saya suka bawa bacaan ke kampus (dan banyak anak alim disana) biar ga bosan hehehe.

Mau ngasih bintang nih. Saya mau ngasih 5 bintang dari 5 bintang yang ada. Suka banget. Banget =)


No comments:

Post a Comment